Senin, 27 Januari 2014

Mengapa tidak ada harimau di Kalimantan? (dongeng dari Indonesia)




Suatu hari, pada masa lampau, raja harimau mengumpulkan pasukan harimaunya. Mereka membahas kelaparan yang sedang melanda Pulau Jawa. Harimau muda berkata,

    "Rajaku, makanan di Pulau Jawa mulai habis. Kita harus mencari persediaan makanan ke pulau lain."
   
Raja harimau pun diam menyimak kata-kata harimau muda. Lalu, ia memotong sehelai kumisnya. Harimau muda segera mengambil potongan kumis sang raja.

    "Kalian pergilah ke Pulau Kalimantan dan bawalah kumisku itu. Katakan pada penduduk Kalimantan bahwa mereka harus menyediakan kita makanan. Jika tidak, kita akan menaklukkan pulau mereka!" kata raja harimau.

Prajurut harimau yang berjumlah 40 ekor langsung pergi menuju Kalimantan. Mereka mengarungi lautan hingga akhirnya berlabuh di Pulau Kalimantan.

Namun, mereka kaget sekali karena hanya menemukan seekor kancil kurus di bibir pantai. Kancil pun segera berlari. Tapi terlambat, tubuhnya yang gemetaran sudah dikelilingi 40 harimau.

    "Kau mata-mata, ya?" tanya panglima harimau.
   
    "Bukan. Aku bukan mata-mata. Aku hanya kebetulan lewat," kata kancil.


   
    "Di mana rajamu? kami datang untuk meminta makanan. Jika rajamu menolak, kami akan menaklukkan pulau ini. Lihat ini, ini potongan kumis dari wajah raja kami," kata harimau muda.
   
    "Ya ampun, kumis ini besar sekali. Raja harimau itu pasti sangat besar dan keji," kata kancil dalam hati sambil memungut kumis raja harimau.
   
Kancil tidak tahu harus menjawab apa. Sebab di Kalimantan tidak ada raja. Kancil memutar otak mencari akal.

    "Aku akan membawa kumis ini kepada rajaku. Kalian beristirahatlah dulu," kata kancil.
   
Kancil pergi menuju ke dalam hutan. Saat sedang berpikir, kancil melihat sahabatnya, landak. Kancil mendapat ide cemerlang.

    "Hai, landak. Kemari kau!" kata kancil.
   
    "Aku butuh durimu. Satu saja," kata kancil.
   
    "Buat apa?" jawab landak.
   
    "Ini semua demi keselamatan seluruh binatang di Kalimantan," kata kancil.


   
    "Baiklah. Jika ini begitu penting," kata landak sambil mencabut durinya yang paling panjang dan tajam.
   
    "Hati-hati, duriku sangat tajam," kata landak mengingatkan kancil. Kancil pun segera pergi membawa duri landak yang dimasukkan ke dalam mulutnya.
   
Sementara itu di pantai, para harimau masih tertidur. Kancil membangunkan panglima harimau. Lalu, panglima harimau dan pasukannya segera bangun dan mengepung kancil.
   
    "Kau sudah bertemu dengan rajamu dan menyampaikan pesan kami?" kata panglima harimau.

    "Yaw, twentu swajuu. Iya suwdah siuaupp berpeuwrang dengwan kawlian," kata kancil sambil menggigit duri landak sehingga kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak teratur.

    "Apa?" tanya harimau tua kaget.

    "Sewbaguai buwktinya iya mengirimpkant kwumisnyua," kata kancil sambil memuntahkan duri landak dari mulutnya dan menyerahkannya pada para harimau.

    "Puahh! Berat sekali kumis ini," lanjut kancil.

    "Ini kumis rajamu?" kata para harimau dengan nada suara yang tidak keras dari biasanya.

    "Ya, itu kumis paling kecil dari wajah raja kami. Ia menerima tantangan kalian," kata kancil.

    "Kita harus melapor kepada raja secepatnya," kata harimau muda.

Para harimau segera pulang. Setibanya di Jawa, mereka menemui raja harimau.

    "Ada kabar apa dari Kalimantan?" tanya raja harimau.

    "Yang Mulia, saat tiba disana, kami bertemu salah satu pejabat istana mereka. Kami menyampaikan pesan anda melalui dirinya. Pejabat istana itu membawa hadiah kumis dari wajah rajanya," kata harimau muda sambil menyerahkan duri landak.

Raja harimau memerhatikan duri landak yang disangkanya sebagai kumis Raja Kalimantan. Ia berusaha membengkokkan duri landak yang keras dan menyentuh ujung durinya yang tajam. Tapi, tidak bisa dibengkokkan. Raja harimau diam sejenak, lalu berkata,

    "Aku telah berubah pikiran. Pulau Kalimantan terlalu jauh. Kita ke Sumatra saja untuk berburu gajah."

Sejak saat itu, tidak ada harimau di Pulau Kalimantan. Itu semua berkat kecerdikan si kancil yang memanfaatkan duri si landak.





Pesan moral : Jadilah anak yang cerdik dan banyak akal. Tetaplah tenang saat menghadapi persoalan. Jika tidak tenang, justru kamu akan celaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar